CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Monday, February 23, 2009

Antara Rasa dan Dinamika jiwa

Aku berjalan di sepanjang lorong yang berdebu. Menutup sebagian wajahku dengan Hoodie hitamku. Namaku Bianca! 28 thn, pekerjaan sebagai guru TK dan wartawan freelance. Aku tinggal di Apartemen di lantai 5. Apartemenku tidak terlalu besar, hanya memilki 2 kamar, ruang TV mungil dan satu kamar mandi yang (menurutku) sangat nyaman. Aku ada janji temu dengan seorang kawan lama, hari ini...
Aku menyalakan rokokku. Bara berwarna orange mulai menggerogoti badan rokokku yang berwarn hitam. Aku memandangi asap abu-abu yang terbang bebas ke langit. Perasaanku sedikit lebih baik. Mario belum juga datang. Sementara ia yang menghubungiku dan ingin bicara. Aku sudah menghabiskan empat batang rokok sejak aku mulai duduk disini. Menunggu! Lagi-lagi aku dikejutkan dengan satu hal: Menunggu... Apa ada hal buruk yang lebih indah daripada menunggu? Melawan waktu dan mendengar 'tik..tok..tik..tok' dari arlojiku.

" Maaaaaaffff Biii...aku telat. Tadi mendadak klien datang kekantorku, memberi ini. " Mario datang agak sedikit tergopoh-gopoh, dengan membawa seberkas file yang langsung ditujukan kepadaku.
Aku menerima bongkahan 'deadline' itu sambil sedikit tertawa ( lebih tepatnya 'cekikikan' ).
" Wew...proyek besar niy sepertinya? " kataku. Mario mengangguk sambil membuka halaman menu yang terpampang di depannya. Mario menghela nafas panjang. Kedua tangannya diletakkan di belakang kepalanya. Badannya yang tinggi tegap dihempaskan ke sofa berwarna kehijauan itu. Aku melihat segelintir kecewa di raut muka Mario. Namun aku tak bertanya.
" Bii, Gila ya! Dunia sudah gila! Sudah hampir dua hari istriku tidak pulang. entah? jangan tanya mengapa..." Kalimatnya menggantung....
" Kita memang ada masalah besar sebelumnya. Seperti yang kamu tahu, aku ini agak sulit memiliki keturunan, Bi. Sementara kita sudah menikah hampir empat tahun. Aku terlalu dalam mengecewakan istriku. Bukan ini yang dia inginkan, Bi... Aku sadar aku ini laki-laki tak berguna, biii.. "
" Sssttt.. jangan ngomong gitu ah! kalo kamu nggak berguna, kamu nggak akan bekerja di perusahaan bonafit dan punya perusahaan sendiri... lalu, apa rencanamu? "
Mario hanya menaikkan kedua bahunya. Tersenyum sejenak dan, " minta rokokmu yaa.."
Terdiam. Hening.
" Kenapa kamu membicarakan ini padaku, Mar?" Mario menatapku lurus. " Kamu tahu kan, rasanya terluka? Coba kamu bicara dulu dengannya. Masih ada banyak penyelesaian selain pisah, Mario.."
" Akuu...mencintai istriku tapi tidak mencintai kehidupan kita..."

Aku mencoba mencari artikel tentang cinta di internet. Aku sendiri tidak memahaminya. yang kutahu, cinta adalah sebuah kata yang terdiri dari lima huruf saja. Hari itu. Sejak tiga tahun lalu...
Aku mengamati diriku ibarat sebuah gelas setengah kosong. Dimana itu sesungguhnya terisi, namun aku tidak melihat air yang ada di dalamnya. Aku terlalu kosong. Beku. Dingin. Maya...
Seolah aku paham tentang makna dari sebuah rasa, namun ternyata itu hanya persepsi yang muncul saat aku berusaha menuainya. Sesaat aku memikirkan satu kata, " Aku mencintai istriku tapi tidak mencintai kehidupan kita..."

Aku tertawa kecil. Yaaa...tiga tahun lalu. Mario? Apa tak bisa ia singkirkan aku? Dahulu, ia yang memutuskan beranjak dari pelukan hangatku yang hanya kuberikan kepadanya. Sekarang ia tahu, bagaimana pahitnya sebuah perkawinan tanpa bisa menghadirkan sosok malaikat kecil di dalamnya. Seperti aku, yang tercipta tidak dapat membahagaikan dia dulu...

Sunday, February 22, 2009

Lantang tanpa Jeda

" Cinta itu mestinya buat kita bahagia, bukan malah diisi dengan pengorbanan dan perjuangan. Kan kita tidak sedang perang, tapi sedang jatuh cinta... "
-Dell-

Saat ada yang bertanya pada saya soal hati, saya hanya bisa tersenyum sebagai jawaban. Saya tidak melulu paham tentang yang satu ini. Yang saya tahu, hati hanya salah satu organ tubuh manusia selain jantung, paru2, dll. Apa yang tersimpan dalam hati itu? Saya sendiri tidak berusaha memahaminya...
Lalu perasaan dan Cinta. Semua orang tahu, cinta adalah bla..bla..bla...Well, love is undefined! Cinta itu hanyalah bentuk lain dari hasil pemikiran & persepsi seseorang akan apa yang mereka rasa dalam hati. Namun, esensi sebuah Cinta-pun lama2 terkikis juga. Oleh adaptasi budaya, perubahan konsep & dinamika kehidupan masa kini, doktrin2 lingkungan, kejamnya pengalaman dan turunnya moralitas seseorang. Jujur, saya merindukan 'makna' dari sebuah cinta yang tertulis di beberapa tahun silam. Saat semua terlihat polos dan sederhana. Apa adanya dan tak bersyarat. Tidak seperti saat ini, seolah cinta itu barang dagangan yang bisa ditawar, ditukar, atau mungkin dibeli (apalagi dengan harga murah, amit2!).
Saya sendiri memiliki ketakutan dan ke-ngeri-an tentang apa yang berhubungan dengan cinta. Saya kehilangan cinta, saat saya baru tahu apa itu cinta. Saat saya baru merasa utuh sebagai perempuan, semua hilang tanpa jejak. Yang sudah2, cinta itu hanya ada meninggalkan & ditinggalkan. Menyakiti & disakiti. Sangat hampa bicara soal Cinta. Karena, cinta itu berada di tempat antah berantah. Di suatu tempat, dalam hati orang yang masih menganggap bahwa cinta itu sesuatu yang indah, dan jangan sampai dirusak. Tapi, yang seperti itu 1:1000 di jaman sekarang ini.
Bagi sebagian orang ( termasuk saya ), kita adalah seorang pemimpi hebat apabila masih menginginkan sesuatu yang sempurna dengan cara yang sederhana dan tidak akan terbias. Realita itu memang tidak gratis. Realita itu tidak bisa ditawar agar menjadi lebih mudah dan manis. Yang ada hanya ending yang tak bisa ditebak. Semua serba mengambang, di tengah2 riuhnya kegamangan atas nama cinta...
Lalu, jatuh cinta itu seperti apa rasanya? Apa masih ada satu yang tersisa?

Terjerat saat berusaha lepas

Saya hanya bisa terpaku, dengan sejuta ( bahkan beribu ) pertanyaan yang terus menari dalam benak saya, malam itu...


Terlalu banyak kata "Kenapa", "Kok gitu sih", "Busseeettttt", & " Idiiihhh" yang ada dalam pikiran saya ( yang hampir saja terlontar dari mulut saya ) begitu saya mendengar cerita teman2 saya. Dalam hati saya merasa terluka. Dengan apa yang telah ia presentasikan untuk saya ternyata hanya ilusi. Saya merasa asing dengan semuanya. Karena saya tidak berkecimpung di dalam dunia dimana semuanya fatamorgana. Tidak tampak titik putih yang akan menuntun saya berada dijalan lurus.
Topiknya, sederhana. Mengenai pola & tingkah laku wanita masa kini. Saya juga hidup di kota besar yang setiap harinya melihat berita kriminal beserta prostitusi dkk, yang ada di seluruh stasiun TV. Tapi entah mengapa, saya masih merasa aneh & kikuk saat harus berhadapan dengan sesuatu yang 'tidak semestinya'. I know it sounds weird, coz i live here with a many things like that & i should have been understand with those stuffs. Kenyataanya, perempuan sudah hanya seperti 'sex machine' yang dapat diperjual-belikan. Dengan harga yang relatif, namun sesungguhnya itu adalah hal yang tak dapat dibayar dengan apapun.


I realize, i'm not that naive. And i ought to know that it was really ordinary things for now. But for accept the truth if there's one of My-well-known-people being a ... ( i don't find the right words, huh! ), that's really shocked me! I know if its a human right, But hey... Kenapa selalu menggunakan 'Hak Asasi Manusia' sebagai tameng untuk membela kebrutalan sendiri?


Everybody knows kalo Perempuan itu tercipta sebagai perhiasan. Perempuan tercipta sangat indah. Dimana jika ada seorang perempuan di suatu tempat, pasti ia akan menjadi 'warna' di tempat itu. Karena perempuan itu ibarat jewellery, mbok ya sekalian jadi berlian, atau at least jadi seuntai kalung emas yang cantik (dan dihiasi batu Safir dan topaz tentunya! ).


Well, saya hanya berpikir sejanak dan berbasa-basi dengan diri saya sendiri. Saya juga tak ingin jawaban atau klarifikasi atas apa yang sudah saya lihat, saya dengar, dan saya tahu...
karena itu, hanya segelintir fenomena dibandingkan dengan semesta yang luas ini. Saya hanya ingin, ketika bangun nanti, semua wanita terlihat cantik. Tanpa krisis moralitas yang sangat disayangkan...Saya sedang tidak merasa baik hari ini...

Saturday, February 7, 2009

Men are very simple person

Dalam buku yang ditulis Greg Behrednt dan Liz Tucillo yang berjudul " He's just not that into you ", Di jelaskan kalau cowok itu makhluk simple yang ada di jagad raya ini, nggak seperti kita, kaum cewek yang ruwet ini-itu, bla..bla..bla...
Yang kita tahu, susaaaahhh banget untuk menebak apa yang ada di pikiran cowok, apa yang ada di hati cowok. Padahal, sebenernya kita nggak usah sibuk nebak-nebak. Karena, cowok bukan tipe yang suka dengan 'bahasa isyarat', simbol-simbol, kode-kodean, atau kiasan-kiasan. Cowok tuh lebih suka to the point, dan kitanya yang mesti ngeh dengan sikap dia.
Well, kalau seorang kaum Adam naksir sama kita, kaum Hawa, dia akan blak-blakan nunjukin ( dengan caranya masing2 yaaa... ) kalo dia ada hati sama kita. Permasalahannya, kadang kita suka banget bertanya-tanya...
" Kok sms gw nggak dibales ya? "
" Hari ini kok nggak nelpon gw yaaa? "
Atau,
" Dia lagi sibuk banget kali. Makanya nggak hubungin gw..."
" Aduuuh, kok dia ngilang tanpa kabar yaaa? "

HeLLooooooo...
Gw akuin, cewek punya toleransi yang sangat luar biasa untuk ngebelain cowok yang disayangi. Biarpun dalam hati kecil kita sadar, kalo dia tuh 'Antara ada dan tiada' gitu, tapi teteeeeppp aja kita punya sejuta alasan untuk membenarkan sikap si Dia. Padahal, seorang cowok, kalo emang beneran sama kita, mereka nggak bakal mengabaikan kita hanya dengan alasan kesibukan!
Justru, mereka senang, di tengah-tengah ribetnya kerjaan, tiba-tiba nerima sms masuk dari kita. Itu bisa bikin dia sedikit semangat & at least...senyum-senyum sendiri deh.
Sekarang, coba dipikir lagi deh ( termasuk gw juga sih. hehehe..), kita rela wasting time untuk menunggu. Iya kalo yang ditungguin jelas, nah kalo yang ditungguin masih abstrak? Nah lo!
Sementara diluar sana, masih sangat banyak ikan di lautan ( HaLaaaahh..lebayy! ).
Kata-kata manis, janji-janji, itu bukan jaminan seorang cowok ada rasa sama kita. Biasanya, makhluk testoteron itu lebih sering menunjukan segala sesuatunya dengan sikap. Tanpa ba..bi..bu, mereka lebih suka langsung 'nunjukin' apa yang ada. Suka ya suka, nggak ya nggak!
Sadis emaaannggg..tapi mau gimana lagi? Men are from Mars, Women are from Venus, kan?

So, Get over him! Let find someone yang 'Really into you' banget deh! We have to believe, if oneday, our prince charming will come. Yang niat sama kita, yang nggak bikin kita nangis, yang nggak bikin kita menunggu, dan yang sayang sama kita. Hohoho....

Di suatu hari...

Bruuukkkkk...
" Aduuuhh, maaf mbaaakk, yaa...bukunya berserakan deh...maaf mbak..." Viola, yang saat itu sedang tergesa-gesa, mencari novel berbahasa Spanyol untuk kadonya Nanda. Ya! Nanda, gadis mungil yang sedikit fasih berbicara dalam 4 bahasa sekaligus. Viola menunduk, membantu membereskan buku yang dipegang olehnya. Sekilas Viola melirik kearah perempuan muda itu. Wah, cantik! Dengan rambut dicepol acak-acakan, poni yang menutupi sebelah matanya yang tajam berkat eyeliner hitam yang melekat indah disana. Perempuan itu mengenakan long sleeves putih berbahan tipis, dan unfinished mini skirt yang belel. Converse hitam plus beberapa tumpuk kalung di lehernya.

" Iya tidak apa-apa. Mungkin kamu sedang diburu waktu. Sini saya saja yang membereskan..."
" Wuaaahhh, gausah mbak, kan gw yang jatohin..." Kataku cepat. Aku melihat beberapa buku miliknya. Ada dua novel sastra. Satu komik Beni & Mice. Satu majalah fashion. Satu buku psikologi populer. Dua buku tentang sosial-politik. WOW! Perempuan cerdas! Pikirku dalam hati. Tapiii..Ups, apa itu? Aku melihat sebuah buku yang tidak terlalu besar, dengan judul " He's just not that into you " karangan Greg Behrendt & Liz Tuccillo. hmmm...
" Buku ini bagus loh. Sangat pas dengan perempuan yang bertanya-tanya tentang dunia laki-laki beserta perasaannya..." Katanya singkat. Wajahnya terulas senyum, namun hanya sekilas.
" Ooohh, gitu yaaa...bisa gw liat bentar? "
Dia menyodorkan bukunya padaku. Aku melihat resensi yang ada di belakang buku. Well, nice book!
" Saat kamu bingung dengan sikap seorang pria yang kamu sayangi, ada kalanya kamu harus mencari sesuatu untuk menjawabnya. "
Buset! Formal amat nih mbak-mbak ngomongnya. Pikirku dalam hati. Hihihi...
" Ummm, emang mbak lagi ngalamiiiinnn yaaaa? hehehe..." Tanyaku asal.
Perempuan itu menganguk dan tertawa kecil. Tangannya menutup wajahnya yang memerah.
" Iyaaa, aku menunggu seseorang datang sejak lama. Aku... ada rasa, namun dia tak kunjung datang. Sosoknya masih terbatas dalam fantasiku..." Katanya dengan mata yang sedikit menerawang. Aku terdiam!

" Kamu tahu, lelahnya menunggu? "
Aku tersentak kaget. Kok, kita jadi terlibat pembicaraan seperti ini ya? Aku mengangguk saja...
" Kamu tahu, lelahnya berlari ? Kadang, perempuan selalu berlari dan ia tak sadar. Ia kira itu hanya berjalan, padahal berlari..."
Aku memiringkan kepalaku dan sedikit memicingkan mata untuk memahami maksudnya.
" Aku mencintai seseorang yang tak nyata. Aku menunggu waktu, dan dilema dengan diriku. Antara logika...dan perasaan.."
" Mbaaakkk...jujur neeeehhh, gw juga ngerasain apa yang mbak rasain. Gw juga lagi deket sama orang, deket banget malah. Tapiiii, untuk ketemu sama dia harus bikin appointment dulu sama sekretarisnya. Hahaha... Susah beneeeerrrr! Gw kan jadi mikir macem-macem ya, apa iya dia masih single, apa iya dia suka sama gw...? Wajar dong...."

Lagi-lagi, perempuan itu tersenyum. Dia menatapku, dan...
" Yang kutahu, sesuatu yang absurd itu sangat gambling. Itu bisa jadi surprise buat kita, tapi di lain sisi, itu akan jadi boomerang juga. Kita bisa bahagia atau malah terluka..."
" Bener banget mbak! Setuju gw... trus, kita mesti gimana dong ? "
" Berdiri tegap. Pandang kedepan. dan terus berjalan, jangan berlari..."
" Trus, jangan terbang terlalu tinggi mbak. Kalo jatoh sakkiiiitttt..hehehe... Oia, gw cabut dulu nih! Temen gw udah nungguin kayaknya. Oke! Oia, nama lo sapa? Gw Viola..."
" Keshia. Nice to meet you, Viola. Have a nice day, yaaa..."

Perempuan itu berlalu, Keshia. Dan aku, Viola. Dua wanita metropolitan yang bernasib sama. Orang yang kita cintai, entah ada dimana...

Friday, February 6, 2009

How to make it real?

Tak biasanya, Nanda kerumahku pagi-pagi buta. Ini masih pukul 04.00 pagi! Wajahnya kusut ( kalau tidak mau dibilang semrawut. hehe..), Masih mengenakan singlet, celana training biru muda, dan sandal jepit. Aku yang pada saat itu masih dengan nyawa 'setengah-hidup-setengah-nggak' berusaha adaptasi dengan situasi dan kondisi yang agak-agak 'tak semestinya'. Nanda terlihat sesunggukan, bahunya naik-turun dan wajahnya dibenamkan ke bantal sapiku.

" Ndaaaa, are you okay? " Aku berusaha mengumpulkan kesadaranku dan lebih konsentrasi atas apa yang ada di hadapanku.
Nanda tidak menjawab, dia terus menangis. Kuambilkan tissue untuknya.
" Ndaaa, ada apa sih? Nggak biasanya lo begini. Udah...udaaahhh..." Aku memeluk tubuhnya yang mungil itu. Tangisannya semakin kencang.
" Vi, bener deh Viii.. jangan pernah percaya sama hal-hal yang nggak nyata..." Kata Nanda di tengah-tengah isakannya. Aku terdiam!
" Gw...gw... Lo inget Ivan kan Vi? Cowok yang lagi deket sama gw. Yang selama ini exist buaaangettt cuma di telpon dan email doang. Yang ngaku-ngaku sayang sama gw...Kemaren...kemaren..." Nanda mulai menangis. Aku memberinya segelas air, dan mengelus punggungnya.
" Ternyata, temen abang gw tuh kenal sama Ivan. Kemaren gw lagi cerita-cerita sama mas Ari, and guess whaaaattt? Mas Ari bilang... Ivan tuh udah married...Viooolaaaa... Bego banget ya gw...sampe bisa kemakan sama bualannya dia! Viiiii..." Nanda kembali menangis. Kali ini, lebih deras lagi.
" Viii, asal lo tau yaaa.. Segimanapun sayangnya Dhanny sama lo, selama lo masih belom pernah salaman sama dia, nyium wangi parfumenya, nyender di bahunya, atau meluk kek apa kek, lo jangan pernah percaya sama kata-kata cowo di internet atau telepon atau sms-lah. Semua tuh bisa di rekayasa, bisa cuma ngarang bebas aja, dan seandainya-pun bener paling cuma 40% aja. Sesuatu yang nggak nyata tuh Bullshit, Vi... Toh lo dan gw juga nggak tau kan apa si Dhanny dan Ivan brengsek itu ternyata udah punya cewek? Mereka mah gampang aja tebar pesona ke semua cewek kece yang ada, Nah kitaaa... Vi, gw cuma nggak mau lo ngerasain apa yang gw alamin. Itu nggak enak banget, sakiiiit Vi rasanya... Bego banget gw! "

Jam menunjukan pukul 06.15...
Sudah pagi. Nanda terlelap di ranjangku. Matanya masih sembab, tapi ia pulas. Aku...??? Aku duduk di sudut kamarku. Ditemani dengan karpet ungu muda, bantal besar, boneka sapi yang extra besar, dan lampu bintang yang tergantung di dinding. Dinginnya AC membuatku sedikit pilu. Gelap. Sepi. Temaram, hanya sedikit cahaya matahari yang mengintip di balik korden kuningku.
Pikiranku melayang ke sosok Dhanny. Yang kuraba hanya lewat foto, suara, dan ketikan tangannya. Bagaimana dengan aku? Apa aku terlalu larut, dan percaya padanya? Bagaimana cara membuktikannya? Bahwa ia masih single dan sayang padaku? Apa aku se-bodoh itu...?
Seandainya, Dhanny bisa membuatku nyata...

Aku ingin bicara...

Aku duduk di teras rumah Nanda. Ada Sheila, dan pacarnya, Andre. Hari ini, sebenarnya ada order design untuk web tentang florist, yang ditawarkan mbak Ira dari minggu lalu. Proyek yang lumayan sih, tapi, aku baru menyelesaikannya seperempat. Biarlah, belum ditagih ini. Hihihihi...
" Eh, kita mau kemana niy ntar sore? Jalan yuuuukkk...atau sekalian nonton aja.." Kata Sheila memberi usul. Dengan gaya khasnya yang suka merem-melek kalau sedang semangat bicara, apalagi ngomongin jalan-jalan. Waduuuhhh...
" Ayo aja. Gw juga lagi suntuk dirumah..." Kata Nanda pelan, sambil mengangkat teleponnya yang dari tadi berdering kencang. Aku juga setuju. Sudah hampir seminggu ini aku ruwet dengan design-design yang akan kuberi pada mbak Ira. Jadi, sekarang mendingan aku refreshing. hohoho...
Kita berada di mobil hitam Andre, menerjang kemacetan yang luar biasa indah, angkot-angkot yang merasa jakarta milik buyut mereka, dan para pengamen yang berkumandang seolah-olah mereka rockstar papan atas. Hihii.. Kita menuju ke PIM. Andre menyetel Hero/heroinnya Boys like Girls versi akustik, perfect! Hujan mulai turun ke bumi, walaupun masih dalam taraf rintik-rintik. Jalanan sore ini, tidak se-lengang yang kukira.
" Nda, gw sms aja ya si Dhanny, suruh susulin gw kesini. Kan rumah dia deket tuh di Radio Dalam. Gimana? "
" Yauda, sms aja... mudah-mudahan bisa deh tuh si Dhanny. Biasanya kan dia rapat bukan di DPR? hehehe..."
" Huuuu, jelek kauuuu! yauda niy, gw telpon aja deh biar cepet."

Tuuuutttt...Tuuuutttt....
" Sore Dhan! Lagi apa? "
" Eh Violaa...lagi dirmah aja nih, nonton dvd. Ini udah film yang kedua loohhh. hehehe.."
" Waawww, berarti lagi nggak sibuk dong? "
" Iyaaa, lagi nyantai aja. Kenapa Vi? "
" Ummm...Vi lagi di PIM nih sama anak-anak. Dhanny bisa kesini ga? Daripada bengong-bengong aja dirumah.."
" Nggg, liat ntar ya Vi. Soalnya rumah Dhanny kosong, jadi sekalian jaga rumah. Ntar dikabarin lagi deh.."
" Yaaaa, yauda deh Dhan, it's okay! Kabarin aja bisa atau ngak-nya ya...bye..."
Klik!

Apa karena diluar hujan deras ya, jadi bioskop terasa seperti freezer, Brrrr... Aku duduk di samping Nanda, sambil mengunyah popcorn berukuran jumbo, dan berselimut hoodie-ku ini. Rasanya hampir beku deh! Sesekali aku mengecek HPku. Menunggu sebuah pesan singkat masuk. Namun hasilnya Nihil. Jam menunjukan pukul 18.30, yang berarti film hampir menuju ke titik akhir alias sudah mau kelar.
" Pada laper nggaaaaaakkk? " Tanya Andre. " Makan yuuuk, gw yang traktir deh! "
" Huaaa..serius looo? Ayo boss! hhaha...Tumben lo baek ndre..." Kata Nanda yang langsung jalan didepan bersama Andre. Aku dan Sheila dibelakang.
HPku bergetar. Ada sms masuk. Siapa ya? Kubuka inboxku itu dan, Dhanny...

" Vi, maaf yaaa...Dhanny nggak bisa nyusul Vi kesana. Orang rumah belom pada pulang, jadi masih kosong..maaf! Maybe next time yaaa..."

Aku menghempaskan punggungku ke sofa. Sejenak, makanan super yummy di hadapanku serasa hambar. Lagi-lagi... Ini yang ketiga kalinya Dhanny begini. Aku melihat Nanda menatap kearahku. Dengan tatapan sangat maklum.
" Kata orang, dunia ini kecil. Cuma segede daon kelor. Tapi, gw bilang, dunia nggak sekecil itu. Dunia sangat luas...Contohnya gw. Sekarang ini, gw nggak berjarak 1km dari orang yang gw sayang, si Dhanny itu. Berhubung rumah dia Radio Dalam dan kita lagi di PIM. Tapiiii, tetep aja, dia keliatan kayak nggak beritikad baik untuk gw. Gw nggak minta macem-macem dari dia. Selama ini gw percaya aja dia mau bilang apa kek. Walaupun gw tau, mungkin nggak sama gw aja dia lagi deket sama cewek. Tapi apa iya mesti gw yang nyamperin tuh manusia? Gimana kalau dia jauh di ujung berung ya? Deket aja susah benerrr... Hmmm..." Kataku dengan nada yang sangat lirih, tangan kananku yang memainkan garpu di piring.
Sheila mengelus pundakku pelan. Kulihat wajahnya tersenyum. Dadaku sesak, seandainya Dhanny tercipta untukku...
" Siapa sih Vi yang sms lo tadi ? " Tanya Sheila. aku menghela nafas panjang.
" Seseorang la...Seseorang yang gw sayang. Seseorang di dunia maya..."

Thursday, February 5, 2009

Aku, Dia, dan Mereka!

Keshia berlari tergopoh-gopoh menuju gedung itu, membawa artikel yang ia janjikan untuk sebuah majalah lifestyle di Jakarta. Sudah hampir seminggu, ia mengulur waktu. Kehilangan konsentrasi adalah hal wajar yang dialami oleh semua perempuan muda, khususnya yang sedang dalam dilema. Cocktail dress dan cardigan dengan warna senada Keshia terlihat sedikit tak rapi. Ia tergesa-gesa. Tangan kanannya membawa tas coklat besar, Tangan kirinya sibuk mengetik sebuah pesan singkat. Keshia menekan tombol lantai yang akan dituju...

" Maaf bu, saya telat memberi artikel ini. Maaaaaffff..sekali saya melanggar deadline yang ibu beri..."
Bu Tita, hanya tersenyum simpul sambil membolak-balik lembaran putih berisi 5 halaman itu. Sesekali ia menaikkan kacamatanya.
" Bagus, saya suka. Tapiiii...ini terakhir kalinya kamu seperti ini ya Keshia! " Katanya dengan nada yang mampu membuat hati ketar-ketir.

Keshia keluar dari ruangan mungil itu.Segera bergegas ke lapangan parkir yang cukup lengang, hanya dua-tiga mobil saja yang ada. Siang ini, seperti siang-siang sebelumnya. Hectic dan crowded. Keshia memutuskan untuk sedikit chillin' out di coffee shop biasa di bilangan Kemang. Alunan Your call-nya Secondhand Serenade bergema ke hampir seluruh sudut mobil Keshia. Siang itu, Sepi... Deringan HP nyaris tak terdengar. " Sudahlah Keshiaaaaa...! " Katanya ditengah-tengah senandungannya yang pelan.

Kreeeeekkkk....
Pintu kayu berkaca itu dibukanya. Hempasan dingin AC menerpa wajah Keshia yang tampil dengan sedikit pulasan blush on peach dan lipstick nude. Rambutnya dibiarkan terurai, berantakan, namun ya itulah Keshia.
Ia memilih duduk di sofa paling ujung. Dengan menu yang tersaji di hadapannya, dan sebuah memo lime green kecil yang biasa bersamanya, ia mengeluarkan pulpen dan...

kriiiinnggg...Kriiiinggg...
" Keshia, dimana kamu? Jadi tadi ketemu bu Tita? "
" Aku di Kemang, by. Yaaahhh...Hari ini berjalan lancar. Bu Tita suka dengan tulisanku. Sempat kena omel sebentar sih, gara-gara telat deadline. heheehe..Walaupun yaaaahh...ada satu yang masih tetap sama. "
" Keshia, kamu sadar satu hal, tidak? "
" Apaaaa? Apa yang akan kau jadikan petuah untukku hari ini, by? "
" Kamu adalah seseorang yang utuh sebelum ia datang. Saat dia datang, kau tetap utuh. Namun saat dia pergi, kamu akan tetap utuh, dan tak akan jadi serpihan seorang Keshia..."
" Aku tahu! Tapi seolah semua jelas by, saat kita berada dalam persimpangan jalan. "
" Semua akan jelas kalau sudah berada di tempat tujuan. Bukan di pertigaan, ataupun di persimpangan jalan, Kes..."
" By, Rasa itu akan terasa bila kita tahu apa yang kita cicipi..."
" Tapi, rasa itu akan lebih terasa, bila kita tahu bagaimana cara untuk mencicipinya, Kes. "
" Seperti, hidup akan semakin berarti kalau kita tahu bagaimana cara untuk hidup? "
" Yaa..dan perasaan kamu itu biarkan mencari jalannya sendiri. Kalau tidak, kau akan letih..."
" Iya by, sesekali aku harus berjalan sejenak. Karena aku lelah untuk terus berlari..."

Keshia terdiam. Tanpa ekspresi. Sibuk bermain dengan pikirannya sendiri. Hatinya mulai gusar. Keshia hanya ingin kebahagiaan itu. Ia merindukan kehangatan dari orang yang disayangi. Kopi panas di hadapannya mulai dingin. Ia menyeruput sedikit, dan beranjak pergi.

Antara ada dan tiada

Namaku Viola. 22 tahun. Punya hobby ngutak-ngatik kesenangan orang (hehehehe...) dan berkelana di dunia maya. Seperti malam ini, sudah hampir 7jam mataku terpaku didepan layar komputer. Entah hanya main The Sims, chatting, browsing, nulis2 isi hati, ngedit foto, atau cuma dengerin lagu di iTunes saja. Keutamaan paling utama dari bersahabat dengan internet adalah, sesi iseng-iseng berhadiahnya a.k.a meet someone new yang tentunya lucu sekaliiii...
Seperti kali ini (lagi-lagi) aku duduk didepan komputerku tercinta, 24jam nonstop dengan satu nama yang sudah hampir dua bulan ini jadi 'mainan' ku. Hihihi...Lumayaaannnn...

" Gile Lu yeee, nggak kapok-kapok lo neng main-main di dunia maya! Udah sering kepentok juga, masiihh ajaaaa..."
" Aduh Nda, santai aja sih! Lagian yang ini beda tauuu, nggak kayak cowok-cowok sebelumnya.."
" Dimana bedanya? Sama-sama nggak nyata kan? Sama-sama nggak keliatan wujudnya. "
" Ssssttt...udah sana lo nda! Gw lagi asiiik niiiyyy..hahaha, dia baik banget nda sama gw. Perhatiaaaannn banget. Apalagi waktu kemaren gw sakit, dia orang pertama yang panik nda..."
" Yauda, terserah. Asal lo happy gw juga happy deh. Tapiii, ati-ati yaaa... jangan gampang percaya sama orang yang nggak jelas keberadaannyaaa..ok. Gw balik dulu yak! "

Inbox di Hp-ku mulai penuh dengan satu nama. Dhanny.
Hampir setiap hari aku sms-an, atau kadang dia menelpon. Tapi, lama-lama aku meng-iya-kan juga perkataan Nanda beberapa minggu lalu. Dhanny, hanya terpampang jelas di layar laptopku. Berjuta-juta fotonya sudah aku grab dari situs pertemanan kita. Yang jadi pertanyaanku adalah, " Kapan imajinasi ini akan jadi kenyataan? " Tapi ya sudahlah, gumamku dalam hati.

" Lo udah pernah ketemuan sama dia, Vi? " Tanya Nanda sambil menyeruput teh hangatnya. Teman setia Nanda saat hujan deras seperti saat ini. Kampus terlihat sedikit lengang, hanya segelintir 'makhluk' yang wara-wiri di sepanjang koridor.
" Nggg... Belom sih Nda. Sibuk mulu dia, lagi mau nyelesein skripsi sih katanya. Tinggal dua bab lagi, Nda. Dua minggu lalu udah pernah gw ajakin jalan , tapi batal deh... "
" Sibuk mana dia sama SBY? hehee.."
" Huuu eluuu Ndaaa. Tau nih, Dhanny gimana ya Nda sama gw? Mau gw tanya, nggak mungkiin..Gila apa! "
" Hehe... iya jangan! kecuali kalo lo udah pernah salaman sama dia. Lo ajakin lagi aja Vi, sapa tau pas waktunya tepat. Lagian, emang perasaan lo beneran ya sama dia? "
Aku hanya mengangguk pelan. Sambil sekilas melihat Hp, sapa tau ada sms dari Dhanny.

Aku menghempaskan tubuhku di kasur King size Nanda. Dengan sprei motif psychadelic dengan warna-warna cerah, plus bantal-bantal berukuran jumbo. Nikmaaattt... Tapi, perasaanku tidak se-nikmat kasur & bantal-bantal Nanda. Berbagai perasaan campur aduk dan mulai membuatku jengah. Pertanyaan-pertanyaan itu mulai menari-nari dalam benakku.
" Kenapa sih Vi, kok kayaknya galau banget? "
" Nda, lama-lama gw mikir deh. Sebenernya, dunia maya itu bisa transformasi jadi dunia nyata nggak sih? Apa itu akan selamanya maya? "
" Kenapa buuuu? Dhanny bertapa lagi yaaa? "
Aku hanya mengangguk tanda meng-iya-kan.
" Yaaa...sebenernya sih bisa Vi. Tergantung niat dari orang yang masih absurd itu...Lagian, lo juga jangan berharap terlalu tinggi dulu Vi. Lo kan udah asam garam soal patah hati.. Mestinya lo ngerti dong gimana ngadepin si Dhanny sang pertapa itu. hehe "
" Iya siiiyyy, Tapi untuk kali ini, gw mohon jangan Nda. Dhanny jangan pergi, jangan menghilang dan lenyap kayak yang udah-udah. Gw..Ummmm....Gw..."
" Apaaaaa?!!! "
" Gw sayang Dhanny..."

Satu minggu. Dua minggu...
Berlalu dengan asumsi-asumsi yang menghiasi pikiranku. Hmpf, bosan...
Dhanny. Masih menjadi tanda tanya besar. Masih berada diambang ketidak pastian. Masih berupa titik hitam. Antara ada dan tiada. Absurd...
" Violaaa...Violaa...Kita ini hidup di dunia nyata. Dimana semua-mua-nya itu bisa dilihat, didengar, dipegang, diraba. Sementara lo, dan Dhanny-lo-itu? Wake up babe, you deserve better. You have to know one thing! Elo itu harus bisa berpikir lebih logis. Gw tau, susah emang kalo udah berurusan sama hati. Tapi kan lo juga punya otak untuk berpikir, Vi...Percaya deh, kalo emang Dhanny suka sama lo, dia kok yang akan repot usaha ke elo. hahhahaha..."

A story from an old album

3 Tahun silam...
Keshia, mengenakan kaos band favoritnya, Walls of Jericho. Jeans belel, dan converse hitam. Rambut pendek acak-acakan dengan eyeliner hitam+piercing. Gayanya urakan seolah dunia miliknya, dan orang lain hanya numpang!
Tumbuh besar dari masa kanak-kanak yang polos hingga saat ini, gadis remaja yang tidak percaya akan...cinta. Buat Keshia, itu hanya lelucon konyol dari negeri dongeng saja. Hari-harinya berlalu tanpa ada makna, hanya sisa-sisa semalam saja yang ada.

" Udahlah by, ngapain sih ente curhat-curhat soal perasaan? cinta tuh cuma ada meninggalkan dan ditinggalkan..tauuuukkkk! "
" Yeee, awas ya kamu! Kalo suatu saat ngalamin jangan cerita ke aku..."
" Iyeee, lagian juga nggak mungkin gue ngalamin hal stupid kayak gitu..."

Hari ini. Hari itu. Kemarin. Besok. Lusa. Sama saja...
Semuanya terlihat datar, tanpa ada grafik naik-turun yang drastis. Keshia tetap Keshia. Dengan ulah yang ia buat tiap hari, membuat beberapa manusia normal mengrenyitkan dahi, atau paling tidak mengelus dada. Seolah Keshia makhluk dari Planet Mars. Yaa, Keshia yang 'tidak semestinya'...
Hingga saat itu, pintu kokoh berlapis baja dengan gembok dimana-mana itu diketuknya.
Seseorang datang, dengan sikap sangat biasa tanpa ekspresi, bak seniman kehilangan inspirasi, mengetuknya...
" Gw Sammy! "
Keshia terdiam. kali ini hanya mematung, diam! Tanpa ocehan sampah yang biasa ia ucapkan. Untuk kali ini Keshia sadar, ia seorang wanita...tanpa sayap...
Sammy. Gitaris sebuah band di bilangan Jakarta yang mampu menyulap ruang gelap itu menjadi terang. Dengan apa yang ia beri hanya untuk...Keshia. Jakarta melihat dua manusia yang mengisi gelas setengah kosong itu untuk disajikan dalam cerita mereka. Penuh tawa, dan Sammy, menyadarkan seorang Keshia yang berhati bak besi berkarat itu percaya bahwa keberadaan cinta di dunia ini nyata...
Berlalunya waktu bicara tentang kisah itu. Tanpa sesuatu yang klise, namun hangat. Esensi suatu perasaan, yang selama ini hanya jadi bahan gunjingan Keshia-pun hilang...Ia tahu, ada tempat untuk berlindung diluar sana. Dalam diri Sammy. Hanya dia.

Namun,
Ketika lidah seorang serigala beracun menyemburkan fitnah. Segala macam omong kosong dan caci maki, kini menjadi makanan sehari-hari Keshia. Ia rapuh. Terluka. Semua berubah, tanpa adanya toleransi dan kepercayaan dari orang yang paling disayanginya itu. Seseorang pergi, tanpa alasan. Hanya dengan bualan oknum sok suci, yang dibalut rasa iri terhadap Keshia. Sammy pergi. Keshia hanya menatap punggung orang yang ada dalam hatinya itu dengan harapan kosong. Menunggu waktu untuk kembali, tapi itu hanya mimpi...
Dia tetap pergi, tanpa menoleh apalagi bicara!
Dan hari itu-pun berlalu. Hampa. Dingin. Tanpa emosi.

Sekarang, 3 Tahun kemudian...
Foto dia di dinding kamar Keshia sudah hampir pudar, tapi rasa itu masih ada...Keshia membungkus & menyimpan rapat-rapat semua tentangnya. Walaupun, dia tetap ada. Keshia berlari, terus berlari... Karena ia tahu, Cinta Sammy itu, hanya sepenggal kisah dalam cerita kehidupannya.

Wednesday, February 4, 2009

Tik..Tok..tiK..tOk...

Jakarta memang panas. Lalu lalang lalu lintas ibukota sangat menggila. Terlebih siang ini.
Keshia mengenakan loose T-shirt putih, skinny jeans hitam, oversize bag fuschia, dan pumps hitam. Ia menyeruput Cappucinno tercinta di dalam tumbler berwarna ungu dengan motif abstrak kuning-putih. Siang itu, ia memilih mendengarkan Last chance-nya MYMP. Hmmm..
" This is my last dance with you
This is my only chance to do all I can do
To let you know that what I feel for you is real

This is the last chance for us
This is the moment that I just cannot let end
Before I know that there's a chance were more than friends

So don't let go, don't let go
Make it last all night
This is my last chance to make you mine "
Keshia berkumandang ditengah padatnya jalan raya.
" By, aku mau janjian nih sama dia. Huaaa..."
" Oya? Bagus dong, tapiii Kes..."
" Iyaaa, i have to control myself. Jangan terbang terlalu tinggi, kalau jatuh..sakiittt..."
" Ok...take care, Kes! "

Rak novel di toko buku, dengan bermacam-macam klasifikasi wacana sangat membuat Keshia tergiur. Namun, ia lebih memilih untuk 'ngubek-ngubek' buku design grafis. Jam menunjukan pukul 14.55...
Keshia tergerak untuk menelusuri buku-buku sastra. Satu persatu dicermati dengan seksama.
Lalu tiba-tiba,
" Dimana dia yang bersahaja? Mengapa jadi terasa absurd? " Gumam Keshia pelan.

@Starbucks, with ice blended Green tea...
Dengan 'berkawan' sebuah buku psikologi, "Menyingkap Karen", Keshia berusaha tak gusar dan tetap tenang. Detik waktu terus berjalan, seolah tak ada yang bisa menghentikannya. Namun, Tak ada tanda-tanda kehadirannya. Setelah sekian lama, Keshia menunggu. Gadis itu terus memandang sekeliling, harap-harap sang pujaan hati menampakan batang hidungnya.
Ia tak kunjung datang. Seolah alam menahannya untuk bersatu dengan Keshia. Sekilas, semua tampak rapi seperti ada skenario dibalik itu. Tapi sesungguhnya, itu terasa janggal. Alasan konyol bertubi-tubi menghampiri Keshia.
Yang Keshia tahu hanya satu...Kecewa. Ia terlalu buta dengan perasaannya. Batasnya sudah hampir habis. Keshia jengah, letih, sedih. Seseorang yang ia kira bisa mencintainya...
Jam menunjukan pukul 17.30...
Ia merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan ketika ia mencoba menghapus sesuatu yang indah. Keshia tak kuasa, namun ia bersikeras bahwa itu harus. Sejenak ia teringat apa yang dikatakan Abby, " Kes, Love will find a way. No matter how far it is, how hard it is, if its the time come, Love will answer all. So, don't let yourself be a drowning pieces. You're too precious to be hurt..."

Sebuah memo kecil berwarna lime green dengan tulisan 'I heart you' silver dikeluarkannya...

Aku terlahir sebagai wanita. Untuk tetap menjadi seorang wanita...
Aku berharga karena aku tahu siapa aku...
Dimana dia? menghilang?
Atau aku yang terlalu bermimpi?
Aku hanya ingin satu jiwa kembali utuh,
seperti saat itu, saat aku tahu batapa aku bahagia
Semua telah hilang, diam dalam debu...
Semua hanya soal waktu!
Hingga detik ini-pun,
aku bertarung dengan waktu.
Dia...seolah hanya imajinasi wanita muda di ibukota
Tanpa wujud,
Namun berjuta kata manis dan lugu!
Terlihat suci, tanpa cela...
Walau semua ternyata ilusi semata!
Tolong hargai aku!!!
Aku...
Mencintaimu, pujangga busuk!
Meskipun kau antara ada dan tiada...