CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Monday, February 23, 2009

Antara Rasa dan Dinamika jiwa

Aku berjalan di sepanjang lorong yang berdebu. Menutup sebagian wajahku dengan Hoodie hitamku. Namaku Bianca! 28 thn, pekerjaan sebagai guru TK dan wartawan freelance. Aku tinggal di Apartemen di lantai 5. Apartemenku tidak terlalu besar, hanya memilki 2 kamar, ruang TV mungil dan satu kamar mandi yang (menurutku) sangat nyaman. Aku ada janji temu dengan seorang kawan lama, hari ini...
Aku menyalakan rokokku. Bara berwarna orange mulai menggerogoti badan rokokku yang berwarn hitam. Aku memandangi asap abu-abu yang terbang bebas ke langit. Perasaanku sedikit lebih baik. Mario belum juga datang. Sementara ia yang menghubungiku dan ingin bicara. Aku sudah menghabiskan empat batang rokok sejak aku mulai duduk disini. Menunggu! Lagi-lagi aku dikejutkan dengan satu hal: Menunggu... Apa ada hal buruk yang lebih indah daripada menunggu? Melawan waktu dan mendengar 'tik..tok..tik..tok' dari arlojiku.

" Maaaaaaffff Biii...aku telat. Tadi mendadak klien datang kekantorku, memberi ini. " Mario datang agak sedikit tergopoh-gopoh, dengan membawa seberkas file yang langsung ditujukan kepadaku.
Aku menerima bongkahan 'deadline' itu sambil sedikit tertawa ( lebih tepatnya 'cekikikan' ).
" Wew...proyek besar niy sepertinya? " kataku. Mario mengangguk sambil membuka halaman menu yang terpampang di depannya. Mario menghela nafas panjang. Kedua tangannya diletakkan di belakang kepalanya. Badannya yang tinggi tegap dihempaskan ke sofa berwarna kehijauan itu. Aku melihat segelintir kecewa di raut muka Mario. Namun aku tak bertanya.
" Bii, Gila ya! Dunia sudah gila! Sudah hampir dua hari istriku tidak pulang. entah? jangan tanya mengapa..." Kalimatnya menggantung....
" Kita memang ada masalah besar sebelumnya. Seperti yang kamu tahu, aku ini agak sulit memiliki keturunan, Bi. Sementara kita sudah menikah hampir empat tahun. Aku terlalu dalam mengecewakan istriku. Bukan ini yang dia inginkan, Bi... Aku sadar aku ini laki-laki tak berguna, biii.. "
" Sssttt.. jangan ngomong gitu ah! kalo kamu nggak berguna, kamu nggak akan bekerja di perusahaan bonafit dan punya perusahaan sendiri... lalu, apa rencanamu? "
Mario hanya menaikkan kedua bahunya. Tersenyum sejenak dan, " minta rokokmu yaa.."
Terdiam. Hening.
" Kenapa kamu membicarakan ini padaku, Mar?" Mario menatapku lurus. " Kamu tahu kan, rasanya terluka? Coba kamu bicara dulu dengannya. Masih ada banyak penyelesaian selain pisah, Mario.."
" Akuu...mencintai istriku tapi tidak mencintai kehidupan kita..."

Aku mencoba mencari artikel tentang cinta di internet. Aku sendiri tidak memahaminya. yang kutahu, cinta adalah sebuah kata yang terdiri dari lima huruf saja. Hari itu. Sejak tiga tahun lalu...
Aku mengamati diriku ibarat sebuah gelas setengah kosong. Dimana itu sesungguhnya terisi, namun aku tidak melihat air yang ada di dalamnya. Aku terlalu kosong. Beku. Dingin. Maya...
Seolah aku paham tentang makna dari sebuah rasa, namun ternyata itu hanya persepsi yang muncul saat aku berusaha menuainya. Sesaat aku memikirkan satu kata, " Aku mencintai istriku tapi tidak mencintai kehidupan kita..."

Aku tertawa kecil. Yaaa...tiga tahun lalu. Mario? Apa tak bisa ia singkirkan aku? Dahulu, ia yang memutuskan beranjak dari pelukan hangatku yang hanya kuberikan kepadanya. Sekarang ia tahu, bagaimana pahitnya sebuah perkawinan tanpa bisa menghadirkan sosok malaikat kecil di dalamnya. Seperti aku, yang tercipta tidak dapat membahagaikan dia dulu...

0 comments: